[Makalah]
Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Oleh : Mustakim, S.Pd.,MM
I. Pendahuluan
Pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani
bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan
respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia
untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan
prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Pendidikan pada dasarnya
merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia ( SDM ), walaupun usaha
pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan
formal ( sekolah ). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang sebagai
sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan
sistematis, programatis, dan berjenjang.
Kemajuan pendidikan dapat
dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk menangkap proses
informatisasi dan kemajuan teknologi. Karena Proses informatisasi yang cepat
karena kemajuan teknologi semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin
meluas dan sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah
kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh kejadian dibelahan bumi yang lain, baik masalah
politik, ekonomi , maupun sosial.
Sejalan dengan hal diatas,
Tilaar menyatakan bahwa :
“
Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti kepedulian
umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia, pemerintah,
dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pendidikan
bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap warga Negara
terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan
Negara, juga umat manusia.” (H.A.R Tilaar , 2004 : 4)
Berdasarkan pernyataan di atas,
bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain; setiap
manusia akan selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan orang lain dalam
berbagai segi kehidupan. Kesetiakawanan sosial yang merupakan bagian dari
proses pendidikan dan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat kuat bagi
individu untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dalam proses pelaksanaannya di
lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan melalui interaksi antarmanusia, baik
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok.
Interaksi antarmanusia dapat
terjadi dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang
pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang
pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat
disekitar lingkungannya.
Apabila dicermati proses
interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran,
seperti yang dikemukan oleh Corey (1986 ) dalam Syaiful Sagala (2003 : 61 )
dikatakan bahwa :
“
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”
Selanjutnya Syaiful Sagala ,
menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu :
“ Pertama,
dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa ,
yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. “ (Syaiful Sagala,2003 :
63 )
Dari uraian diatas, proses
pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar
kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka
mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan
bijak.
Dengan intensitas yang tinggi
serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi
sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka
saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya
mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan
sikap demokratis antar sesama.
Paradigma metodologi pendidikan
saat ini disadari atau tidak telah mengalami suatu pergeseran dari
behaviourisme ke konstruktivisme yang menuntut guru dilapangan harus mempunyai
syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan
proses pembelajaran dikelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak
merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada
proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang
menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran
benar-benar dihayati.
Sejalan dengan pendapat diatas,
pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah:
“Pembelajaran
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit ) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran
bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pembelajaran itu dan membentuk makna
melalui pengalaman nyata. (Depdiknas,2003:11)
Implementasi pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Student Center ) . Guru dituntut untuk menciptakan
suasana belajar sedemikian rupa , sehingga siswa bekerja sama secara gotong
royong (cooperative learning)
Untuk menciptakan situasi yang
diharapkan pada pernyataan diatas seoarang guru harus mempunyai syarat-syarat
apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran siswa agar
efektif dikelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana
yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis ) , diantaranya :
- Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar,
variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian
siswa, mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup, metode
pelajaran yang selalu sama( monoton ) akan membosankan siswa.
- Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada
kemajuan , perkembangan siswa,. Selanjutnya melalui proses belajar, bila
motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan
belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekum,
giat dan lebih bersemangat.(Slamet ,1987 :92 )
Kita yakin pada saat ini banyak
guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam pembelajaran di
kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan dilapangan kita masih
banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan
kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang
penting bagaimana sebuah peristiwa pembelajaran dapat berlangsung.
Disisi lain menurut Hartono
Kasmadi (1993 :24) bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar
masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling
method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid .
Dari uraian diatas, tidak
dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak guru yang masih melakukan cara seperti
pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan
melihat akibat yang timbul pada peserta didik, kita akan sering menjumpai siswa
belajar hanya untuk memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, siswa
merasa terkekang, membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, takut berhadapan dengan mata
pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena tidak dihargai pendapatnya, hak
mereka merasa dipenjara , terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi
belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi
pertanyaan.
Dari permasalahan yang ada ,
sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeloders mempunyai tanggung
jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah terutama guru sebagai
ujung tombak dilapangan (di kelas) karena bersentuhan langsung dengan siswa
dalam proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sangat berat terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi siswa ,
dimana hasilnya akan terlihat dari jumlah siswa yang lulus dan tidak
lulus.dengan demikian tangung jawab peningkatan mutu pendidikan di sekolah ,
selalu dibebankan kepada guru .lalu bagaimana kesiapan unsur-unsur tersebut
dalam peningkatan mutu proses pembelajaran ?
II.
Pembahasan
A. Hakekat Pendidikan
Menururt pendapat Ki Hajar
Dewantoro dalam Kongres Taman Siswa ( 1930 ) mengungkapkan :
“Pendidikan.
Umumnja berarti daja-upaja untuk memadjukan bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak: …
[Pendidikan.
Umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak: …]” (Ki Hajar
Dewantoro, 1962: 3)
Sedangkan Lodge dalam Ismaun
menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
“In
the narrower sense, education is restricted to that functions, it’s background,
and it’s outlook to the member of the rising generation, ………. In the narrower
sense, education becomes, in practice identical with schooling, i.e. formal
instruction under controlled conditions”.
Dalam arti yang sempit,
pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar
dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol. (Ismaun, 2007: 57). Pendidikan dapat
dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan
alam sekitar dimana individu itu berada. (Syaiful Sagala , 2006 : 3).
Sementara itu Hamid Darmadi
(2007 : 3 ) berpendapat endidikan
mengadung tujuan yang ingin dicapai, yaitu membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehinga
bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.
Selanjutnya Dodi Nandika
(2007:15 ) Pendidikan bukan sekedar mengajarkan atau mentransfer pengetahuan,
atau semata mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan
karakter, moral, nilai-nilai, dan budaya peserta didik. Dengan kata lain,
pendidikan adalah membangun budaya, membangun peradaban, membangun masa depan.
alam Kamus Besar bahasa Indonesia (1995 : 232) menyatakan bahwa pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses,
perbuatan, cara mendidik. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I
Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa :
”Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadaian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa, dan Negara .”
Selanjutnya, Sihombing (2002)
dalam Ety Rochaety, dkk (2005 :7 ) bahwa pendidikan mengandung pokok-pokok
penting sebagai berikut :
- Pendidikan adalah proses pembelajaran
- Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
- Pendidikan berusaha mengubah atau mengembangkan
kemampuan, sikap, dan perilaku positif.
- Pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar
- Pendidikan berkaitan dengancara mendidik
- Pendidikan memiliki dampak lingkungan
- Pendidikan tidak berfokus pada pendidikan formal
Berdasarkan hal tersebut di
atas, bahwa pendidikan merupakan sutau system yang memiliki kegiatan cukup
kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu dengan yang lain,
dengan tujuan untuk membangun masa depan bangsa.
Jika menginginkan pendidikan
secara teratur , berbagai elemen (komponen ) yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan perlu dikenal terlebih dahulu.untuk itu diperlukan pengkajian usaha
pendidikan sebagai suatu system yang dapat dilihat secara mikro dan makro .
B. Hakekat Mutu Pendidikan
Sebelum membahas tentang mutu
pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu dan pendidikan. Banyak
ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang dikemukakan oleh Edward
Sallis (2006 : 33 ) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53 ) mutu
mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa
barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna
dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan dapat dirasakan. Sedangkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 ) menyatakan Mutu adalah (ukuran ),
baik buruk suatu benda;taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)
kualitas. Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality
(mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan
jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah
tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan
spesifikasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di
atas, dapat disimpulan bahwa mutu (quality ) adalah sebuah filsosofis
dan metodologis, tentang (ukuran ) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang
membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan
spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan
Dalam pandangan Zamroni ( 2007 :
2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang
sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan
dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang
terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni
aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu
atau yang lebih dikenal dengan Total Quality Management.(TQM) akhir-akhir
ini banyak diadopsi dan digunakan oleh dunia pendidikan dan teori ini dianggap
sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Konsep total quality
management pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral
scientist di United States Navy (Walton dalam Bounds, et. al, 1994).
Istilah ini mengandung makna every process, every job, dan every
person (Lewis & Smith, 1994). Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi
dua aspek (Goetsch & davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan
apa TQM. TQM didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha
yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut
cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri
atas : (a) focus pada pelanggan (internal & eksternal), (b) berorientasi
pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka
panjang, (e) kerja sama tim, (f) menyempurnakan kualitas secara
berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang
terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan
karyawan.(Ety Rochaety,dkk,2005 :97)
Edward Sallis ( 2006 :73 ) menyatakan
bahwa Total Quality Management (TQM) Pendidikan adalah sebuah filsosofis
tentang perbaikan secara terus- menerus , yang dapat memberikan seperangkat
alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan ,
keinginan , dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan
datang
Di sisi lain, Zamroni memandang
bahwa peningkatan mutu dengan model TQM , dimana sekolah menekankan pada peran
kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality Management (TQM).
Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu :
kemampuan akademik, sosial, dan moral. (Zamroni , 2007 :6 )
Menurut teori ini, mutu sekolah
ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar,
dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang
telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan
berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi
perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf
administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi
peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah,
sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan
mutu sekolah.
C.
Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Selanjutnya untuk meningkatkan
mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim ( 2007 : 56 ), yaitu
dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
- Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus
memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja
keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
- Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak
sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali
sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
- Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan
meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar,
MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut
diterapkan disekolah.
- Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis
, dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals
(tujuan ) dapat dicapai secara maksimal;
- Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya
terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat
) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga
output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas,
perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan
karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu
menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan.
Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yangn
saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals
) akan tercipta dengan baik
D.
Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam
peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro
pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :
1. Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap
pendidikan dengan indicator kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen
peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara
lengkap elemen mikro sebagai berikut :
- Kualitas manajemen
- Pemberdayaan satuan pendidikan
- Profesionalisme dan ketenagaan
- Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro
elemen guru dan siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan
merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai
tujuan, dan untuk mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan
memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan
berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil
belajar. hasil belajar perlu dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan
umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan.
Secara mikro diagram alur proses
pendidikan dapat dilihat dibawah ini :
Sumber : Ety Rochaety,dkk
(2005:8 )
Dari gambar diatas, bahwa
pengetahuan teori yang didapatkan dari seorang guru melalui kualitas manajemen
dengan harapan tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai jika
dibekali dengan bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan baik sehingga
akan menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria penilaian , hasil
dari penampilan akan dijadikan umpan balik.
2. Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu kajian pendidikan dengan
elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
- >Standarisasi pengembangan kurikulum
- Pemerataan dan persamaan, serta keadilan
- Standar mutu
- Kemampuan bersaing.
Tinjauan makro pendidikan
menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam dua bagan ( P.H Coombs, 1968 )
dalam Etty Rochaety, dkk (2005 : 8 ) bahwa pendekatan makro pendidikan melalui
jalur pertama yaitu INPUT SUMBER – PROSES PENDIDIKAN – HASIL PENDIDIKAN ,
seperti pada gambar di bawah ini :
Sumber : Ety
Rochaety, dkk (2005 : 9 )
Input sumber pendidikan akan
mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana proses pendidikan
didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu lembaga dan semakin
lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan menciptakan hasil
pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya Syaiful Sagala (2004
: 9 ) menyatakan solusi manajemen pendidikan secara mikro dan makro yang
dituangkan dalam gambar berikut :
Sumber: Syaiful Sagala (2004 :
9)
E. Strategi Peningkatan Mutu
Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan
mutu pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan
pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk
menciptakan (Equality dan Equity ) , mengutip pendapat Indra Djati Sidi
( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan harus mengambil langkah sebagai
berikut :
- Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang
diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan
secara individual kepada siswa.
- Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah
tersedia, antara lain melalui double shift ( contoh pemberdayaan SMP
terbuka dan kelas Jauh )
- Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan
dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan
optimalisasi daya tampung yang tersedia.
- Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan
Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan
memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak
mengggangu keberadaan sekolah swasta.
- Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari
keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah
kumuh.
- Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan
pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu
sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun Akuntabilitas
pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen (
Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang menyarankan :
- Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang
fundamental dalam struktur perusahaan
- Menggabungkan aspek –aspek positif individual dengan
berbagai manfaat dari konsumen
- Berfokus pada detaiol dalam mengimplementasikan
gambaran besar tentang perusahaan
- Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu
mengidentifikasikan akar menyebab masalah
- Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
- Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik
dan nasihat yang konstruktif
- Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke
masa depan
- Bangga dan menghargai prestasi kerja
- Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti
pelatihan
III
Penutup.
Kepemimpinan kepala sekolah dan
kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan salah satu
tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen
ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran ,
kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan
kepada masyarakat (orang tua ) siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari
output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik
kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan
membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan
demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
Referensi :
Darmadi,
Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.
Dewantoro,
Ki Hajar. 1962. Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta : Taman Siswa.
Edward
Sallis. 2006. Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad
Ali Riyadi ). Jogjakarta : IRCiSoD
Eti
Rochaety,dkk.2005 . Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta :
bumi Aksara
Indra
Djati Sidi.2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos
Ismaun.
2007. Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan.
Lalu
Sumayang.2003. Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta : Salemba Empat
Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia..1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta :Balai Pustaka
Republik
Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur
Sagala,Syaiful.2005.Administrasi
Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
—————–.2004.
Manajemen Berbasis Sekolah &Masyarakat. Bandaung : alfabeta
Sudarwan
Danim.2007.Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Suyadi
Prawirosentono. 2007 . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21.
Jakarta : Bumi Aksara
Zamroni. 2007 . Meningkatkan
Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhamadiyah
0 komentar:
Posting Komentar