Penerapan Media Effect of Bead and
Illustration (EBI) untuk meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada
konsep Ikatan Kovalen di SMA
I.
PENDAHULUAN
Mengacu pada system
pendidikan nasional (undang-undang No. 20 tahun2003), dinyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara (Sanjaya, 2006).
Dengan adanya pendidikan, kita dapat
belajar. Menurut Gage (1984), belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Sedangkan menurut sudjana (2008:
28), belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai suatu proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lain–lain
pada individu. Terdapat dua hal penting
dalam pengertian belajar ini, yaitu belajar merupakan suatu usaha untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, serta perubahan tingkah laku yang terjadi
secara sadar. Dengan demikian, usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan
tingkah laku merupakan suatu proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku
itu sendiri merupakan hasil dari belajar dan merupakan tujuan pembelajaran.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari proses belajar, perlu sesuatu yang
dapat mendorong dan menunjang proses
belajar mengajar itu sendiri. Menurut Syah (2004: 10) Pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mencoba memunculkan
segala kompetensi yang dimilki oleh siswa seperti aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif. Dengan system ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan maka diperlukan sesuatu yang dapat menunjang dan
membantu proses pembelajaran. Baik itu berupa
model pembelajaran yang diterapkan, metode dan pendekatan dalam kegiatan
pembelajaran, serta media-media tertentu yang dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.
“Studies have suggested different ways of using physical
molecular models in genetics teaching: from demonstration-only to hands-on
instructional model activity” (Bennett, 1998; Fink,1990; Templin & Fetters,
2002a, 2002b).
Menurut
Gilbert et al, 2003
( dalam Rotbain, et al. 2006:
501) Media sangat penting dalam ilmu pengetahuan, karena
banyak objek nyata, sistem, proses, atau fenomena mental yang ilmuwan berurusan
dengan tidak dapat diamati dan dimanipulasi secara langsung. Beberapa terlalu
kompleks, beberapa baik terlalu besar atau terlalu kecil, dan beberapa ada yang
bertentangan dengan penalaran kita. Media berfungsi sebagai jembatan antara
teori ilmiah dan "realitas". Dan karena hal ini maka penulis ingin
memunculkan media pembelajaran sebagai salah satu bentuk penunjang
pembelajaran. Khususnya media dalam bentuk media fisik dan juga illustrasi.
Dengan adanya penunjang media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
mempelajari sains yang bersifat abstrak.
Media fisik merupakan pemodelan
tiga dimensi dalam bentuk fisik mengenai konsep-konsep yang abstrak, salah satu
contohnya adalah berupa mollymod dan media fisik lainnya.
Menurut Gilbert et al, 2003 ( dalam Rotbain, et
al. 2006: 505) Media jenis ini memungkinkan
untuk menyederhanakan, menggambarkan,
dan mengeksplorasi struktur kimia,
fenomena, dan proses.
Dalam disiplin ilmu kimia, siswa terkadang mengalami kesulitan akibat sifat
partikel (atom dan molekul) yang abstrak pada tingkat microskopis.
Media of illustrations
adalah suatu grafis (dalam bentuk visual ataupun animasi) yang menggambarkan
langkah-langkah dari suatu proses (Rotbain, et
al. 2006 : 504). Biasanya terdiri dari animasi, rumus kimia dan molekul, dan
juga langkah-langkah utama dari proses .
Dan Kimia merupakan mata pelajaran yang
sulit bagi sebagian besar siswa karena dapat bersifat abstrak (Carr, 1984: 97). Penelitian telah
menunjukan bahwa siswa menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam
topic kimia (Grnett dan Kackling, 1995). Ilmu kimia memiliki
konsep-konsep yang bersifat kompleks dan abstrak. Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa kimia dianggap
sebagai subjek abstrak dan sulit untuk dipelajari
oleh banyak siswa (Nieswandt, et al. dalam Onder & Geban, 2006:166).
Penemuan alasan sulitnya konsep kimia adalah kurangnya pemahaman konsep kimia
secara utuh. Padahal tujuan pengajaran
kimia adalah membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep. Maka
dari itu, pentingnya menemukan pembelajaran kimia yang dapat mendukung belajar
bermakna (Onder & Geban, 2006:166).
Pembelajaran
kimia di Indonesia pada umumnya, menuntut siswa lebih banyak untuk mempelajari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini menyebabkan munculnya
kejenuhan siswa belajar kimia.
Salah satu konsep kimia adalah Ikatan Kovalen. Berdasarkan kurikulum saat ini yaitu KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), Ikatan Kimia merupakan konsep yang disajikan pada siswa kelas X
SMA/MA, standar kompetensi konsep ini yaitu Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen dan
menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, rangkap
tiga.
Dengan kompetensi dasarnya yaitu membandingkan proses pembentukan ikatan
ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya
dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Kompetensi dasar tersebut akan mudah tercapai jika
siswa diberikan
media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajarannya.
Ikatan Kovalen merupakan konsep yang menyatakan prinsip
dan konsep yang abstrak sehingga
dalam memahami konsep tersebut dibutuhkan beberapa pemahaman prasyarat, diantaranya
adalah konfigurasi
elektron, struktur lewis dan ikatan ion. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep ikatan
kovalen karena siswa
kurang dapat mengolah informasi atau konsep sebelumnya yang mereka dapat
dan sifatnya yang abstrak.
Dan ikatan kimia merupakan konsep yang sangat vital dalam ilmu kimia sehingga
siswa dituntut memiliki pemahaman yang sangat kuat akan konsep ini.
Media EBI yang berupa
pemodelan visual dan fisik akan membantu dalam penilaian dan pengukuran keterampilan
berfikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif dan
rasional yang difokuskan pada pembuatan keputusan tentang apa yang diyakini
atau dilakukan (Ennis :1994). Rasional artinya berdasarkan fakta untuk
menghasilkan keputusan terbaik dan reflektif artinya mencari dengan sadar dan
tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Kemampuan berpikir kritis harus
dikembangkan dalam mempelajari ilmu kimia khususnya pada meteri Ikatan Kimia.
Pokok
permasalahan secara umum pada makalah ini adalah ”Bagaimana penerapan media
pembelajaran EBI (Effect of Bead and
Illustration) pada
konsep ikatan kovalen?”. Secara
umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penerapan media
pembelajaran EBI (Effect of Bead and
Illustration) pada
konsep ikatan kovalen. Permasalahan
tersebut sangat menarik untuk diteliti, oleh karena itu, pemakalah mencoba
mengangkatnya dalam sebuah makalah yang berjudul “Penerapan
Media Effect of Bead and Illustration (EBI) untuk meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa pada konsep Ikatan Kovalen di SMA.”
II.
KAJIAN
TEORITIK
A.
Effect
of Bead and Illustrations (EBI)
Effect
of Bead and Illustrations (EBI) merupakan suatu bentuk media pembelajaran yang
berupa media fisik dan media illustrasi yang dapat didefinisikan sebagai sebuah
visual yang analogis (grafis dan animasi).
1.
Effect of Bead
Effect
of Bead merupakan pemodelan tiga dimensi yang berupa media fisik,
seperti mollymod ataupun media fisik lainnya. Model
jenis ini memungkinkan untuk menyederhanakan, menggambarkan, dan mengeksplorasi struktur kimia, fenomena, dan proses (Gabel
& Sherwood, 1980;. Gilbert et al, 2003).
2.
Illustrations
Illustrations merupakan
suatu media grafis (dalam bentuk visual atau animasi) yang menggambarkan
langkah-langkah dari suatu proses (Rotbain, et
al. 2006 : 504). Biasanya terdiri dari rumus kimia dan molekul, dan juga langkah-langkah
utama dari proses ataupun gambaran berupa animasi dan visual. Media ilustrasi
bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran kimia yang kompleks dan molekuler.
Dan juga mengintegrasikan antara pikiran dan pertanyaan, seperti menjawab
pertanyaan panduan.
B.
Keterampilan
Berfikir Kritis
Berpikir
merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah
kepada suatu tujuan. Berpikir juga dianggap sebagai suatu proses kognitif,
suatu aktivasi mental untuk memperoleh pengetahuan Costa (dalam Dewi, 2010:21).
Meskipun aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu
seperti dalam persepsi, penalaran dan intuisi, keterampilan berfikir
menitik-beratkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif (Devi,
2001). Keterampilan berfikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar
dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi.
Dalam
hal ini keterampilan berpikir dasar meliputi menghubungkan sebab-akibat
mentransformasi, serta menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi.Sedangkan
proses berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan
masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif Costa (dalam
Dewi, 2010:21).
Di
antara proses berpikir tingkat tinggi di atas salah satu yang digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis
merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus
dilakukan Costa (dalam Dewi, 2010:22). Keterampilan berpikir kritis sangat
penting dimiliki oleh siswa. Dengan berpikir kritis, siswa dapat mengatur,
menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki pikirannya sehingga siswa dapat
bertindak lebih cepat. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, dapat
mengatasi tantangan dan memenangkan persaingan global (Liliasari,1997). Dalam
pendidikan dapat dibuktikan bahwa berpikir kritis dapat mempersiapkan siswa
untuk berpikir pada berbagai disiplin ilmu, menuju otonomi atau kebutuhan
intelektual sendiri dan mengembangkan siswa sebagai individu yang potensial.
Para
peneliti pendidikan menjelaskan bahwa belajar berpikir kritis tidak langsung
seperti belajar tentang materi, tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan
berpikir kritis secara efektif dalam dirinya Costa (dalam Dewi, 2010:21). Menurut
Ennis (Costa, 1985) berpikir kritis merupakan kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan apa yang harus
dilakukan. Kemampuan berpikir kritis meliputi lima kelompok besar yang
merupakan indikatornya. Kelima kelompok indikator itu meliputi: pertama,
memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); kedua, membangun
keterampilan dasar (basic support); ketiga, membuat inferensi
(inferenting);keempat, membuat penjelasan lebih lanjut (advanced
clarification); kelima,mengatur strategi dan taktik (stategis and tactic).
Indikator-indikator keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada table 2.2
berikut dengan penjelasan-penjelasan dari setiap indikator.
Tabel 2.1 Indikator
Keterampilan Berfikir Kritis
Keterampilan Berpikir
Kritis
|
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis
|
Aspek
|
1. Memberikan
Penjelasan dasar
|
1.
Memfokuskan pertanyaan
|
-Mengidentifikasi atau memformulasikan
suatu pertanyaan
-Mengidentifikasi
atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
-Menjaga
pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
|
2. Menganalisis
argumen
|
-Mengidentifikasi
kesimpulan
-Mengidentifikasi
alasan yang dinyatakan
-Mengidentifikasi
alasan yang tidak dinyatakan
-Mencari
persamaan dan perbedaan
-Mengidentifikasi
dan menangani ketidakrelevanan
-Mencari
struktur dari sebuah pendapat/argumen
-Meringkas
|
|
3. Bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
|
-Mengapa?
-Apa yang menjadi alasan utama? -Apa yang kamu maksud dengan? -Apa yang menjadi contoh? -Apa yang bukan contoh? -Bagaiamana mengaplikasikan kasus tersebut? -Apa yang menjadikan perbedaannya? -Apa faktanya? -Apakah ini yang kamu katakan? -Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu? |
|
2. Membangun Keterampilandasar
|
4. mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak?
|
-Keahlian
-Mengurangi konflik interest -Kesepakatan antar sumber -Reputasi -Menggunakan prosedur yang ada -Mengetahui resiko -Keterampilan memberikan alasan -Kebiasaan berhati-hati |
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi
|
-Mengurangi
praduga/menyangka
-Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan -Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri -Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan -Penguatan -Kemungkinan dalam penguatan -Kondisi akses yang baik -Kompeten dalam menggunakan teknologi -Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria |
|
3. Menyimpulkan
|
6. Mendeduksi dan
mempertimbangkan deduksi
|
-Kelas
logika
-Mengkondisikan logika -Menginterpretasikan pernyataan |
7. Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
|
-Menggeneralisasi
-Berhipotesis |
|
8. Membuat dan
mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
|
-Latar
belakang fakta
-Konsekuensi -Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip, hukum dan asas) -Mempertimbangkan alternatif -Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan |
|
4. Membuat penjelasan
lebih lanjut
|
9. Mendefinisikan
istilah dan mempertimbangkan definisi
|
Ada 3 dimensi:
-Bentuk :
sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan
noncontoh
- Strategi definisi -Konten (isi) |
10 . Mengidentifikasi
asumsi
|
-Alasan
yang tidak dinyatakan
-Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen |
|
5. Strategi dan taktik
|
11. Memutuskan suatu
tindakan
|
-Mendefisikan
masalah
-Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan -Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi -Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan -Meriview -Memonitor implementasi |
12. Berinteraksi
dengan orang lain
|
-Memberi
label
-Strategi logis -Srtrategi retorik -Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan |
Sumber : Costa
(dalam Dewi, 2010:21).
Indikator-indikator
keterampilan berikir kritis ini dimodifikasi oleh Arnyana dalam Suprapto (2007)
menjadi :
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampika Berfikir Kritis (KBK)
|
Indikator
|
Merumuskan
masalah
|
Memformulasikan pertanyaan
yang mengarahkan invertigasi
|
Memberikan argumen
|
·
Argumen sesuai dengan
kebutuhan
·
Menunjukan persamaan
dan perbedaan
|
Melakukan deduksi
|
·
Mendeduksi secara
logis
·
Menginterpretasi
secara tepat
|
Melakukan induksi
|
·
Menganalisis data
·
Membuat generalisasi
·
Menarik kesimpulan
|
Melakukan evaluasi
|
·
Mengevaluasi
berdasarkan fakta
·
Memberikan alternatif
lain
|
Mengambil keputusan dan tindakan
|
·
Menetukan jalan
keluar
·
Memilih kemungkinan
yang akan dilaksanakan
|
C.
Ikatan
Kimia
Gaya yang
mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa disebut
ikatan kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert
Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht Kossel (1853-1927) dari
Jerman (Martin S.Silberberg, 2000). Konsep tersebut adalah:
a.
Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne,
Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia
memiliki susunan elektron yang stabil.
b.
Setiap atom mempunyai kecenderungan
untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan
melepaskan elektron atau menangkap elektron.
c.
Untuk memperoleh susunan elektron yang
stabil hanya dapat dicapai dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan
cara melepaskan elektron, menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara
bersama-sama.
Menurut G.N
Lewis dan W Kossel, kestabilan unsur gas mulia disebabkan oleh elektron
valensinya yang berjumlah depalan, kecuali He yang hanya memiliki dua elektron
valensi. Menurut mereka setiap atom dalam pembentukan senyawa membentuk
konfigurasi elektron yang stabil yaitu konfigurasi elektron gas mulia yang
disebut konfigurasi oktet. Oleh karena itu, dikenal ada kaidah oktet dan
duplet.
Dalam
pembentukan suatu senyawa, atom-atom unsur yang memiliki elektron valensi dalam
jumlah sedikit misal golongan IA, IIA, dan IIIA memiliki kecenderungan
mengikuti kaidah oktet. Unsur tersebut melepaskan elektron valensi membentuk
ion positif. Sementara atom yang memiliki elektron valensi dalam jumlah banyak
misal : IVA, VA, VIA dan VIIA. Memiliki kecenderungan mengikuti kaidah oktet
dengan cara menerima elektron membentuk ion negatif.
1.
Ikatan Kovalen
Ada atom yang sukar melepas atau menerima elektron karena
memerlukan atau membebakan energi yang besar untuk berlangsungnya proses
tersebut. Untuk membentuk konfigurasi elektron gas mulia, atom atom ini saling
berikatan melalui pemakaian elektron bersama. Pemakaian elektron bersama
terjadi pada atom-atom non logam. Ikatan antar atom nonlogam yang terjadi
melalui pemakaian pasangan elektron bersama disebut ikatan kovalen.
Untuk menggambarkan terjadinya ikatan kovalen, digunakan struktur
lewis, yaitu dengan menggunakan titik-titik yang menggambarkan sejumlah elektron
valensi atom unsur di sekeliling lambang unsur. Berikut adalah contoh-contoh
bagaimana cara menuliskan struktur Lewis.
Penggambaran elektron valensi yang selalu berpasangan menunjukan keadaan
yang stabil. Ada beberapa macam ikatan kovalen bergantung pada jumlah pasangan
elektron ikatan (PEI):
Sumber : Utami
(2009:49,50)
a.
Ikatan kovalen
tunggal
Ikatan
kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan bersama
satu pasang elektron ikatan. Contoh : Ikatan
H dengan H dalam molekul H2
b.
Ikatan kovalen
rangkap dua
Ikatan
kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan bersama
dua pasang elektron ikatan. Contoh : Ikatan
O dengan O dalam molekul O2
c.
Ikatan kovalen
rangkap tiga
Ikatan
kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama tiga pasang elektron ikatan. Contoh :
Ikatan N dengan N dalam molekul N2
Ada pula ikatan kovalen koordinasi yaitu ikatan kovalen yang
terjadi bila pasangan elektron ikatan berasal dari salah satu atom yang
berikatan. Pasangan elektron ikatan pembentukan ikatan koordinat, digambarkan
dengan anak panah kecil yang arahnya menuju atom yang menerima pasangan
elektron. Contoh : pembentukan ion NH4+ dari NH3
dan ion H+
III.
APLIKASI DAN PEMBAHASAN
Ikatan Kovalen merupakan konsep
abstrak. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep
tersebut, selain konsep yang abstrak siswa juga harus memiliki pengetahuan
prasyarat yang cukup sebelum mempelajari konsep tersebut diantaranya adalah konfigurasi
elektron, struktur lewis, hukum oktet dan duplet
Salah satu cara yang
dapat digunakan oleh guru dalam mengatasi kesulitan siswa tersebut khususnya
pada konsep ikatan kovalen adalah dengan
menggunakan media
pembelajaran yang tepat. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dari konsep ikatan kovalen adalah media
pembelajaran EBI (Effect of Bead and
Illustration).
Dari 12
indikator Keterampilan Berfikir Kritis (KBK), pemakalah hanya mengambil 6
indikator yang dirasa cocok dengan penerapan media EBI pada konsep ikatan
kovalen. Yaitu indikator Memformulasikan pertanyaan
yang mengarahkan invertigasi, Menganalisis
data, Menunjukan persamaan dan perbedaan, Mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi, Menarik
kesimpulan dan Mengevaluasi berdasarkan fakta.
Memformulasikan
pertanyaan yang mengarahkan invertigasi dapat di definisikan
sebagai tekhnik bertanya atau menjawab pertanyaan yang menantang. Dalam hal
ini, pemakalah memberikan pertanyaan berupa pertanyaan motivasi pada awal
kegiatan mengenai konsep ikatan kimia yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan
untuk merangsang rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa akan konsep ikatan
kovalen yang akan dibahas.
Menganalisis
data dapat
diartikan mengidentifikasi hubungan hal-hal yang diharapkan dengan bukti yang
nyata, misalnya pernyataan, pertanyaan, konsep, des kripsi, bukti, pengalaman,
informasi dan pendapat. Dan juga proses pencarian struktur terperinci dari
sebuah konsep yang dikemukakan atau disajikan.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media EBI ini, penjelasan
konsep disajikan dengan media berupa illustrasi berupa animasi kimia dan media
visul lainnya. Hal ini akan lebih merangsang ketertarikan siswa dan dengan
menggunakan media illustrasi maka siswa akan dituntut untuk menganalisis
keterkaitan antara konsep dengan media vvisual yang disajikan. Dan dengan
diberikannya media berupa visual pemakalah yakin siswa akan lebih menguatkan
pemahaman siswa mengenai konsep yang telah mereka dapatkan.
Menunjukan
persamaan dan perbedaan dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi
dan memastikan unsur-unsur yang diperlukan untuk merumuskan hipotesis yang
bermakna, misalnya memerlukan pertimbangan informasi yang relevan, dan
mendeduksi akibat paparan data, pernyataan, prinsip, bukti, pendapat yang
dipercaya, konsep, dan deskripsi sehingga dapat diidentifikasi dan diketahui
keterkaitan dan perbedaannya. Dalam hal ini siswa diberikan media illustrasi
berupa animasi pembentukan ikatan ion juga ikatan kovalen. Setelah itu siswa
dibimbing untuk menentukan keterkaikatan dan perbedaan antara kedua konsep ini.
Hal ini diyakini akan lebih memperjelas pemahaman siswa akan konsep ikatan
kovalen dan juga ikatan ion.
Mengamati
(observasi) dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi
atau mengenal objek atau peristiwa dengan menggunakan semua panca indera atau
alat bantu yang merupakan pengembangan alat indera. Indikator ini digunakan
untuk mengamati ciri-ciri suatu objek dalam rangka pengumpulan informasi
(Rustaman, 2003). Penggunaan media EBI berbanding lurus dengan tujuan dari
indikator yang akan dipakai yaitu dengan diberikan media EBI dalam pembelajaran
membuat siswa merasa tertarik untuk mengamati sekaligus merangsang psikomotor
siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Setelah siswa mendapatkan gambaran
berupa visual yang telah diberikan sebelumnya maka disadari atau tidak
pemahaman siswa akan konsep ikatan kovalen ini akan semakin jelas dan lugas.
Setelah siswa mendapat pemahaman cukup mengenai konsep tersebut, siswa dituntut
mengkontruksi kembali pemahamannya dan mengaplikasikannya melalui pemodelan
fisik, baik itu dalam bentuk mollymod ataupun pemodelan tiga dimensi lainnya
Menarik kesimpulan dapat diartikan sebagai suatu proses
pengambilan kesimpulan berdasarkan penalaran seseorang yang koheren dengan
dasar pertimbangan pembuktian, konseptual, metodologis, kriteria dan kontektual
yang telah didapatkannya. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa dengan
dibimbing oleh guru menarik atau mengambil kesimpulan dari apa yang telah siswa
pelajari.
Mengevaluasi berdasarkan fakta dapat diartikan sebagai suatu
proses mengevaluasi pemahaman siswa akan konsep ikatan kovalen yang telah
didapatkan dari prosses pembelajaran. Dalam hal ini guru menyajikannya dalam
bentuk soal-soal evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk mengukur pemahaman siswa
mengenai konsep.
Tabel 2.3
Aplikasi dan Pembahasan
Indikator
KPS
|
Langkah
Pembelajaran
|
Alokasi
waktu
|
Memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan invertigasi
|
Kegiatan
Awal
Apersepsi :
Prasyarat
: Konfigurasi elektron, struktur lewis dan ikatan ion
Diberikan
sebuah motivasi : “Apakah unsur-unsur
di alam dalam bentuk tunggal atau saling berikatan??lalu untuk apakah
unsur-unsur berikaatan??”
|
10
menit
|
Menganalisis data
|
Kegiatan
Inti :
· Guru menjelaskan secara singkat
mengenai materi ikatan kovalen
· Guru
menampilkan ilustrasi berupa animasi kimia mengenai ikatan kovalen.
· Guru menampilkan animasi
pembenntukan ikatan ion
|
40
menit
|
Menunjukan persamaan dan perbedaan
|
· Siswa
menentukan perbedaan antara pembentukan ikatan ion dan ikatan ion berdasarkan
ilustrasi animasi yang disajikan.
|
|
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
|
·
Guru memberikan media berupa mollymod kepada
siswa
·
Siswa merangkai pembentukan ikatan kovalen dengan
mollymod berdasarkan penjelasan dan arahan yang telah disajikan guru
·
Guru memberikan contoh lain untuk selanjutnya
diaplikasikan dengan menggunakan mollymod oleh siswa
|
20
menit
|
Menarik kesimpulan
|
Penutup :
· Siswa
dibimbing untuk menyimpulkan mengenai konsep pembentukan ikatan kovalen.
· Siswa
diberi kesempatan bertanya mengenai hal yang belum dimengerti
|
10
menit
|
Mengevaluasi berdasarkan
fakta
|
· Siswa
mengerjakan soal evaluasi berupa kuis, untuk mengukur pemahaman siswa
|
10menit
|
IV.
PENUTUP
Penelitian
ini ditujukan untuk menyelidiki perkembangan siswa melalui media media fisik
dan juga media illustration sebagai penunjang pembelajaran pada siswa SMA. Penelitian
ini dirasa kurang tepat jika hanya membandingkan antara media-media. Karena
akan membutuhkan banyak waktu, tenaga dan juga biaya. Walaupun tidak dipungkiri
bahwa dengan adanya media yang tepat dalam proses pembelajaran akan membantu
mempermudah siswa dalam menyerap dan memahami informasi yang diberikan. Dalam
hal ini penulis menyarankan jika menggabungkan kedua media ini kedalam satu
kesatuan dalam proses pembelajaran secara bersamaan. Karena dengan diberikan
media fisik dan juga media illustrasi secara bersamaan, itu akan lebih membantu
siswa dalam memahami konsep yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rotbain,
Y., et al. 2006. “Effect of Bead and
Illustrations Models on High School Students’’ Achievement in Molecular
Genetics”. JOURNAL OF RESEARCH IN SCIENCE
TEACHING. 43(5) 500 – 529.
Badan
Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta
Costa, A.
L. (ed).(1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,
Alexandria: ASCD
Chang, Raymond. 2004. KIMIA DASAR konsep konsep inti. Edisi ke
tiga. Jakarta: Erlangga
Ennis, R.
(1996). Critical Thinking. New Jersey : Simon & Schuster / A Viacom
Company.
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second
Edition, Chicago: Rand Mc. Nally
Liliasari. 2010 .Berfikir
Kritis Dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju profesionalitas Guru. Jurnal
UPI. Tidak diterbitkan
Onder,
Ismail. Geban, Omer. 2006. The Effect of
Conceptual Change Texts Oriented Instruction on Students' Understanding of The Solubility Equlibrium Concept. Ankara : Hacettepe
Unversitesi Journal of Education. Vol. 30. 166-177. (Tersedia : http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr.
14 Maret 2010
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Sudjana, N.
dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :
Sinar Baru Algensindo.
Utami,
Budi., et al. 2009. KIMIA UNTUK SMA dan
MA KELAS X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Witra,
Dewi. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided
Inquiry (PLGI) pada materi redoks untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berfikir kritis siswa SMA.
Tesis SPS UPI. Tidak diterbitkan
0 komentar:
Posting Komentar