Pendahuluan
Dalam
rangka memasuki era industrialisasi maka kebutuhan energi terus meningkat dan
untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan
energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan. Salah satu energi altematif
tersebut adalah pemanfaatan energi panas bumi yang cukup tersedia di Indonesia .
Tulisan ini akan menguraikan secara garis besar tentang kebutuhan energi dan
peranan energi panas bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi serta
prospeknya di Indonesia.
Keberhasilan
pembangunan pada PELITA V telah meletakkan dasar-dasar pembangunan industri
yang akan dilaksanakan pada PELITA VI dan tahun-tahun berikutnya, ternyata
mempunyai konsekwensi dalam hal penyediaan energi listrik untuk dapat
menggerakkan kegiatan industri yang dimaksud. Untuk mengatasi kebutuhan energi
listrik yang terus meningkat ini, usaha diversifikasi energi mutlak harus
dilaksanakan. Salah satu usaha diversifikasi energi ini adalah dengan
memikirkan pemanfaatan energi panas bumi sebagai penyedia kebutuhan energi
listrik tersebut. Dasar pemikiran ini adalah mengingat cukup tersedianya
cadangan energi panas bumi di Indonesia ,
namun pemanfaatannya masih sangat sedikit. Indonesia sebagai negara vulkanik
mempunyai sekitar 217 tempat yang dianggap potensial untuk eksplorasi energi
panas bumi.
Bila
energi panas bumi yang cukup tersedia di Indonesia dapat dimanfaatkan secara
optimal, kiranya kebutuhan energi listrik yang terus meningkat akan dapat
dipenuhi bersama-sama dengan sumber energi lainnya. Pengalaman dalam
memanfaatkan energi panas bumi sebagai penyedia energi listrik seperti yang
telah dilaksanakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat akan sangat membantu dalam
pengembangan energi panas bumi lebih lanjut.
Dasar Teori
Panas
bumi adalah anugerah alam yang merupakan sisa-sisa panas dari hasil reaksi
nuklir yang pernah terjadi pada awal mula terbentuknya bumi dan alam semesta
ini. Reaksi nuklir yang masih terjadi secara alamiah di alam semesta pada saat
ini adalah reaksi fusi nuklir yang terjadi di matahari dan juga di
bintang-bintang yang tersebar di jagat raya. Reaksi fusi nuklir alami tersebut
menghasilkan panas berorde jutaan derajat Celcius. Permukaan bumi pada mulanya
juga memiliki panas yang sangat dahsyat, namun dengan berjalannya waktu (dalam
orde milyard tahun) suhu permukaan bumi mulai menurun dan akhirnya tinggal
perut bumi saja yang masih panas berupa magma dan inilah yang menjadi sumber
energi panas bumi.
Energi
panas bumi digunakan manusia sejak sekitar 2000 tahun SM berupa sumber air
panas untuk pengobatan yang sampai saat ini juga masih banyak dilakukan orang,
terutama sumber air panas yang banyak mengandung garam dan belerang. Sedangkan
energi panas bumi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik baru dimulai di
Italia pada tahun 1904. Sejak itu energi panas bumi mulai dipikirkan secara
komersial untuk pembangkit tenaga Isitrik
Energi
panas bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang diberikan oleh alam
seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air. Energi primer ini di Indonesia
tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas) dibandingkan dengan cadangan energi
primer dunia. Sebagai gambaran sedikitnya atau terbatasnya energi tersebut
adalah berdasarkan data pada Tabel I. ]
Tabel
1 Cadangan energi primer dunia.
|
||
cadangan Minyak Bumi
|
|
Timur Tengah 70 %
|
Cadangan Gas Bumi
|
|
Rusia 25 %
|
Cadangan Batubara
|
|
Amaerika Utara 25 %
|
Sedangkan
cadangan energi panas bumi di Indonesia
relatif lebih besar bila dibandingkan dengan cadangan energi primer lainnya,
hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal. Selain dari pada itu panas bumi
adalah termasuk juga energi yang terbarukan, yaitu energi non fosil yang bila
dikelola dengan baik maka sumberdayanya relatif tidak akan habis, jadi amat
sangat menguntungkan.
Energi panas
bumi yang ada di Indonesia
pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Energi panas bumi "uap basah"
Pemanfaatan
energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut bumi
berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin
generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk
di Indonesia
dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air
yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan
turbin.
Gambar
1. Pembangkitan tenaga listrik dari energi panas bumi "uap basah".
Uap basah yang
keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang
pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 %
air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini
diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah
dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik,
sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan
air dalam tanah. Skema pembangkitan tenaga listrik atas dasar pemanfaatan
energi panas bumi "uap basah" dapat dilihat pada Gambar 1.
2. Energi panas bumi "air panas"
Air
panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang
disebut "brine" dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya
kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab
dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik.
Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner
(dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan
sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.
Energi panas
bumi "uap panas" bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya
lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya. Skema
pembangkitan tenaga listrik panas bumi "air panas" sistem biner dapat
dilihat pada Gambar 2.
Skema pembangkitan tenaga listrik energi panas bumi "air
panas"
3. Energi panas bumi "batuan panas"
Energi
panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat
berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil
sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan
menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap
panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh
di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran
khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi. Skema pembangkitan tenaga listrik
energi panas bumi "batuan panas" dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar
3. Skema pembangkitan tenaga listrik energi panas bumi "batuan panas"
Kebutuhan Energi di Indonesia
Sudah
dikemukakan bahwa keberhasilan pembangunan terlebih lagi dalam rangka
menggerakkan perindustrian di Indonesia ,
maka kebutuhan energi akan terus meningkat dengan pesat. Masalah kebutuhan
energi dan usaha untuk mencukupinya merupakan masalah serius yang harus
dipikirkan, agar energi primer khususnya energi fosil yang ada tidak terkuras
habis hanya "sekedar dibakar "untuk menghasilkan tenaga listrik.
Padahal sumber daya alam energi fosil merupakan sumber kekayaan yang sangat
berharga bila digunakan sebagai bahan dasar industri petrokimia. Dalam bidang
industri petrokimia ini Indonesia
sudah cukup berpengalaman mulai dari mendesain, membangunnya sampai dengan
mengoperasikannya, sehingga pemanfaatan bahan bakar fosil melalui industri
petrokimia jelas akan mendatangkan devisa yang sangat besar.. Atas dasar
pemikiran ini maka sebaiknya sumber daya alam energi fosil difokuskan untuk
industri petrokimia, sedangkan kebutuhan energi dipikirkan dari sumber energi
primer lainnya misalnya energi panas bumi.
Sebagai
gambaran kebutuhan atau konsumsi energi di Indonesia berdasarkan sektor
kebutuhan untuk industri, transportasi dan rumah tangga pada Pelita Vl adalah
seperti yang tampak pada grafik 1.
Grafik 1.
Berdasarkan
data yang telah diolah pada Grafik 1 tersebut di atas, tampak bahwa kebutuhan
energi meningkat dari 284,3 juta SBM pada akhir Pelita V menjadi 504,5 SBM pada
akhir Pelita VI. Dalam pengamatan tampak juga bahwa konsumsi energi sektor
industri meningkat lebih cepat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Hal ini
terlihat dari pangsa konsumsi energi sektor industri meningkat dari 38,0 % pada
akhir Pelita V menjadi 48,6 % pada akhir Pelita Vl.
Penyediaan Energi di Indonesia
Mengingat akan
banyaknya kebutuhan energi yang diperlukan untuk menggerakkan pembangunan
khususnya dalam bidang industri seperti telah ditampilkan pada Grafik l di
atas, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana mengenai penyediaan energi
untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Mengenai penyediaan energi tersebut
usaha diversifikasi telah dilakukan agar kebutuhan energi tidak semata-mata
tergantung pada minyak bumi saja. Untuk itu dapat dilihat penyediaan energi
primer berdasarkan jenis energi yang ada di Indonesia seperti tampak pada
grafik 2.
Grafik 2.
Bila dikaji
dari data yang telah diolah melalui Grafik 2 tersebut di atas, tampak bahwa
usaha diversifikasi energi primer telah berhasil menurunkan pangsa pemakaian
minyak bumi dalam usaha memenuhi kebutuhan energi dari 63,7 % pada akhir Pelita
V menjadi 52,3 % pada akhir Pelita Vl. Sedangkan pangsa pemakaian batubara
mengalami kenaikan dari 8,2 % pada akhir Pelita V menjadi 17,5 % pada tahun
1998/99 ini.
Selain dari
pada itu, bila dikaji lebih cermat ternyata pemakaian energi panas bumi yang
selama ini sering terabaikan, temyata sudah mulai diperhatikan sebagai usaha
mencukupi kebutuhan energi di Indonesia .
Hal ini tampak dari kenyataan bahwa pada tahun 1994/95 (akhir Pelita V) pangsa
energi panas bumi hampir tak berarti hanya sekitar 0,6 % saja dari seluruh
pemenuhan kelzutuhan energi, akan tetapi pada tahun 1998/99 pangsa energi panas
bumi telah naik hampir 3 kali lipat menjadi 1,7 %. Keadaan ini sudah barang
tentu sangat memberikan harapan bagi pengembangan energi panas bumi pada masa
mendatang.
Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia
Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai prospek energi panas bumi di Indonesia , ada
baiknya kalau melihat pemanfaatan energi panas bumi di negara lain sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan energinya. Berdasarkan beberapa acuan dapat dilihat
pemanfaatan energi panas bumi di beberapa negara seperti tampak pada Tabel 2.
Tabel 2 Pemanfaatan dan
perkembangan energi panas bumi di berbagai negara
Negara
|
1976 (MW)
|
1980 (MW)
|
1985 (MW)
|
2000 (MW)
|
Amerika Serikat
Italia Filipina Jepang Selandai Baru Meksiko Islandia Rusia Turki Kanada Spanyol |
522
421 - 68 192 78,5 2,5 3 0,5 1 - - - - |
908
455 443 218 203 218 64 5,7 0,5 3 2,3 - - - |
3.500
800 1.726 6.900 282 1.000 150 - 400 50 32,3 20 10 25 |
30.000
- 4.000 48.000 352 10.000 500 - 1.000 200 3.500 - - 200 |
Jumlah
|
1.288,5
|
2.520,5
|
14.895,3
|
97.752
|
Apabila
dilihat dari Tabel 2 tersebut di atas, tampak bahwa pemenuhan kebutuhan energi
listrik pada beberapa negara melalui pemanfaatan energi panas bumi terus
meningkat. Angka-angka untuk berbagai negara pada tahun 2000 masih merupakan
perkiraan yang masih terus dikaji ulang.
Tabel 3
Potensi energi panas bumi di Indonesia
Daerah sumber energi panas bumi
|
Potensi energi panas bumi (MW)
|
|
Sumatera
Jawa Nusa Tenggara Maluku Irian Jaya |
9.562
5.331
1.300
200
100
165
|
|
Jumlah Kesuluruhannya
|
16.658
|
|
Apabila dilihat
dari Tabel 2 tampak bahwa pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia pada tahun
1985 baru 32,3 MW, sedangkan menurut data terakhir sampai dengan tahun 1997
energi panas bumi yang sudah dimanfaatkan mencapai 305 MW. Dalam waktu sekitar
10 tahun telah terjadi kenaikan kurang lebih 10 kali, suatu kenaikan yang cukup
optimis dalam hal pemanfaatan energi panas bumi. Padahal pemanfaatan yang
mencapai 305 MW pada tahun 1997 tersebut baru 1,83 % dari potensi energi panas
bumi yang ada.
Pangsa
pemanfaatan energi panas bumi 1,83 % dari total potensi yang tersedia sudah
barang tentu masih sangat kecil. Oleh karena itu kemungkinan untuk menaikkan
pangsa pemanfaatan energi panas bumi masih sangat terbuka lebar, dengan kata
lain bahwa prospek pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih sangat
menguntungkan bagi para penanam modal yang akan bergerak dalam bidang energi
panas bumi. Hal ini terbukti dengan akan dibangunnya lagi 4 unit berkekuatan 55
MW di Gunung Salak Jawa Barat, suatu proyek patungan antara Pertamina dan PT
Unocoal Geotherrnal Indonesia .
Proyek-proyek berikutnya sudah barang akan segera disusul oleh penanam modal
lainnya, mengingat bahwa kebutuhan energi di Indonesia yang terus
meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa prospek pemanfaatan
energi panas bumi di Indonesia
cukup menjanjikan. Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi
sebagai sumber penyedia tenaga listrik adalah termasuk teknologi yang tidak
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, suatu hal yang dewasa ini sangat
diperhatikan dalam setiap pembangunan dan pemanfaatan teknologi, agar alam
masih dapat memberikan daya dukungnya bagi kehidupan umat manusia. Bila
pemanfaatan energi panas bumi dapat berkembang dengan baik, maka kota-kota di
sekitar daerah sumber energi panas bumi yang pada umumnya terletak di daerah
pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi dari pusat listrik
tenaga panas bumi. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari
pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga ikut
mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga uap, baik
yang dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel yang keduanya
menimbulkan pencemaran udara.
Daftar Pustaka
-
Prof. Ir. Abdul Kadir, "ENERGI" Penerbit UI, Jakarta .
-
Ir. Endro Utomo Notodisuryo, "VISI ENERGI DALAM
PJP II", UGM, Yogyakarta 1997.
-
http://www.elektroindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar